Selamat Datang Di Blog Kami^^

Minggu, 11 Oktober 2015

SOP Alat Laboratorium


Pengenalan Alat Gelas dan Petunjuk penggunaan
Dalam melakukan praktikum di Laboratorium, mahasiswa sebaiknya memiliki pengetahuan tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan analisis. Pengetahuan alat-alat  yang digunakan mencakup pengenalan alat, fungsi alat, dan petunjuk pemakaiannya. Pengetahuan yang memadai terhadap penggunaan alat-alat laboratorium memberikan sikap  kehatian-hatian dalam bekerja yang secara tidak langsung akan memberikan hasil  pekerjaan yang teliti dan akurat.
Untuk  memberikan pengetahuan  tentang alat yang mecakup pengenalan alat dan petunjuk penggunaannya, maka ada beberapa alat yang sangat umum digunakan yang harus mendapatkan perhatian mahasiswa dalam penggunaannya terutama dalam analisa kuantitatif.

PIPET

Suatu alat yang terbuat dari gelas yang berfungsi untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Untuk dapat mengambil suatu cairan berbahan kimia tidak diperbolehkan mengambilnya dengan  cara menghisap melalui mulut namun harus menggunakan suatu alat yang disebut bulb
Pipet Terdiri dari Empat jenis :
a.Pipet Volumetri
Suatu alat  yang berfungsi untuk mengambil  volume  suatu larutan dengan dengan ketelitian yang tinggi dan digunakan untuk  pengukuran yang bersifat kuantitatif. Memiliki volume mulai dari  5 mL, 10 mL, 25 mL, dan 50 mL
Yang harus diperhatikan  pada saat pengambilan suatu volume cairan
Ø      Sebelum digunakan pastikan alat  dalam keadaan bersih dan kering tidak ada cairan di dalam pipet kalau seandainya  ada maka  pipet harus dibilas dengan cairan yang akan dipipet.
Ø      Pada saat  mengambil cairan gunakan bulb, posisi pipet bagian bawah harus terendam sehingga cairan dapat terhisap. Pada  pipet volumetri batas volume cairan yang harus diambil ditandai dengan batas tera pada bagian atas pipet. Suatu teknik yang sangat berguna untuk memastikan bahwa cairan yang diambil tepat pada batas tera adalah dengan cara menghisap cairan sampai kira-kira 2 cm  diatas batas tera. Kemudian lepaskan  bulb dan segera ujung pipet  bagian atas ditutup dengan jari  seperti pada gambar. Kemudian cairan ditepatkan  dengan cara mengeluarkan sedikit cairan sampai tepat batas tera  yang harus  dilihat sejajar dengan mata.
Ø      Pada saat akan menuangkan  pada suatu  wadah  perhatikan bahwa bagian  bawah dari permukaan luar pipet  tidak ada cairan yang dapat mempengaruhi volume cairan di dalam pipet. Untuk itu perlu dilap dengan menggunakan tissue. Kemudian pada saat menuangkannya pada suatu wadah maka posisi dari pipet harus tegak lurus wadah seperti terlihat pada gambar. Biasanya setelah cairan dipindahkan pada suatu wadah, bagian  ujung pipet  selalu terdapat cairan  yang belum keluar untuk  itu biarkan kurang lebih 5-10 detik sambil ujung pipet disentuhkan pada dinding wadah. (Perhatian untuk mengeluarkan cairan yang tersisa tidah boleh ditiup, jika seandainya setelah dibiarkan,   masih terdapat cairan yang tersisa  biasanya alat telah dibuat sedemikian rupa sehingga sisa cairan tidak mempengaruhi volume yang diambil)






b. Pipet ukur
Pipet ukur hampir sama fungsinya dengan pipet volumetri hanya  biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat kualitatif (tidak membutuhkan ketelitian  yang tinggi). Pipet ukur memiliki skala  yang menunjukkan  volume cairan.

c.Pipet Lambda
Digunakan untuk mengambil larutan  dalam ukuran anatar 0,001 sampai 2 mL dengan ketentuan 0,001 mL= 1 lambda

d.Pipet Mikroliter
Digunakan untuk contoh yang bervolume mikroliter biasanya  bervolume 0,0025 mL 25 mikroliter atau 25 lambda dengan pembagian skala terkecil 0,0005 mL. Biasanya digunakan untuk menginjeksikan/menyuntikan sampel pada instrumen kromatografi gas.

LABU UKUR/TAKAR
Labu ukur merupakan alat yang terbuat dari gelas yang sering digunakan untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu. Memiliki volume mulai Dari 50 mL, 100 mL, 250 mL, 500 mL dan 1000 mL. Biasanya pembuatan larutan  dapat dilakukan dengan cara :
1.     Menimbang sejumlah zat kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur, ditambahkan  sedikit air suling kemudian dikocok sampai semua  zat larut,  setelah itu tepatkan dengan  dengan air suling sampai tanda tera. Sebaiknya pada saat  ditera dengan air suling untuk menghindari kelebihan air suling, maka kira-kira 5 mL di bawah tanda tera, tepatkan dengan  menggunakan pipit tetes, setetes demi setetes sampai tepat tanda tera. Larutan yang yang telah ditera umumnya belum homogen, oleh karena itu perlu dikocok dengan cara ujung labu ukur ditutup terlebih dahulu dengan penutup botol kemudian leher labu ukur dipegang sampil ibu jari memegang tutup labu ukur, kemudian  botol dibalik posisinya kira-kira 150O, kemudian dikembalikan lagi ke posisi semula, kemudian dibalik  kembali, diulang lagi sampai larutan dinyatakan telah homogen.
2.     Pembuatan larutan juga dapat dilakukan dengan cara pengenceran terhadap suatu larutan induk yang memiliki konsentrasi tertentu. Sejumlah volume  dari larutan induk dipipet kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur, setelah itu diencerkan dengan air suling sampai batas tera.
Contoh
Pembuatan 100 mL Larutan H2SO4 0,1 M dari larutan Induk 1 M.
Jumlah volume larutan yang harus dipipet gunakan rumus
V1.M1 = V2.M2
V= Volume yang harus dipipet
M1 =  Konsentrasi larutan induk
V2 = Volume larutan setelah diencerkan (volume labu ukur)
M2 = Volume yang diharapkan
Dari contoh diatas Diketahui
M1 = 1 M                V1.M1 =   V2.M2
V2 = 100 mL            V1. 1   =   100.0,1
M2 = 0,1                        V1 =    10 mL
Jadi volume yang harus dipipet adalah 10 mL (untuk memipet gunakan pipet volumetri jangan gunakan pipet ukur). Masukkan kedalam labu ukur kemudian encerkan sampai batas tera. Sebaiknya  sebelum ditera larutan dikocok terlebih dahulu untuk memudahkan  homogenisasi larutan setelah ditera.

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan labu ukur
Ø      Sebaiknya labu ukur sebelum digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering untuk menghindari kontaminasi zat lain.
Ø      Jangan sekali-kali melarutkan  zat sukar larut langsung pada labu ukur dengan cara memanaskan labu ukur, hal ini akan menyebabkan volume labu ukur bertambah. Jika  zat yang telah ditimbang sukar larut maka sebaiknya dilarutkan terlebih dahulu dalam sebuah  gelas piala kemudian dipindahkan dengan cara gelas piala dibilas air suling.
Ø      Larutan yang telah dibuat tidak boleh dibiarkan dalam labu ukur dalam waktu lama, di mana penutup labu ukur dalam keadaan tertutup.






BURET.
Buret merupakan alat gelas yang paling banyak digunakan untuk keperluan analisis kuantitatif (analisa pengukuran konsentrasi terhadap terhadap suatu zat). Buret memiliki  volume antara 25 mL dan 50 mL. Jenis analisa yang umum digunakan adalah analisa volumetric (analisa pengukuran berdasarkan volume). Pada analisa volumetri, suatu zat dapat diketahui konsentrasinya dengan cara membandingkannya dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasi yang didasarkan atas volume  yang dibutuhkan sampai titik akhir titrasi, yang diketahui dari perubahan warna indicator. Perhitungan  dapat dilakukan dengan
V1.M1 = V2.M2
V= volume contoh yang diambil (mL)
M1 = Konsentrasi zat yang dicari
V2 = Volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
M2 = Konsentrasi zat standar
Selain penggunaannya untuk analisa volumetri. Buret juga dapat dipergunakan untuk mengambil sejumlah volume larutan yang diinginkan dengan membuka kran dan membacanya pada skala yang menunjukkan volume cairan.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Buret
Ø      Sebelum digunakan buret harus dalam keadaan bersih dan kering . Jika terdapat  terdapat  air   di dalam buret maka bilas dengan larutan yang akan diisikan ke dalam buret.
Ø      Pada saat mengisikan cairan ke dalam buret harus menggunakan corong. Setelah pengisian larutan standar  ke dalam buret harus dipastikan bahwa tidak ada  gelembung udara, karena gelembung udara akan  terhitung dalam bagian  buret yang berskala, sehingga bisa menyebabkan kesalahan. Jika ada gelembung harus dikeluarkan dengan cara membuka kran, sampai tidak ada lagi gelembung dalam larutan.
Ø      Pada  saat pembacaan skala, yang harus diperhatikan adalah posisi  mata pada saat membaca. Mata harus sejajar dengan  posisi pembacaan angka pada buret. Posisi Mata yang tidak sejajar akan menyebabkan kesalahan paralaks (kesalahan sudut pandang).
Ø      Untuk menentukan posisi pembacaan  biasanya larutan akan  membentuk meniskus  cekung, maka  pembacaan dimulai dari  meniskus paling bawah untuk larutan bening, tetapi jika larutan itu  berwarna tua maka pembacaan pada meniskus paling atas lihat gambar.
Ø      Dalam melakukan titrasi labu erlenmeyer yang berisi larutan yang akan dianalisis dipegang  dengan menggunakan tangan kanan sambil memutar-mutarkan labunya, sedangkan tangan kiri (Ibu jari dan  jari telunjuk)  memegang kran untuk memutar pembukaan dan penutupan  kran.
Ø
Sejajar Mata
Batas Pembacaan
Setelah selesai menggunakan buret, buret harus dicuci dengan air sabun, dan tidak boleh membiarkan larutan terdapat dalam buret dalam jangka waktu lama





Perhitungan Kimia
Dalam pekerjaan di laboratorium tidak terlepas dari penggunaan larutan. Namun seringkali larutan yang digunakan memiliki konsentrasi yang dinyatakan dalam satuan yang berbeda-beda. Untuk dapat memahami satuan yang umum digunakan dalam pembuatan larutan, maka di bawah ini akan dijelaskan tentang hal tersebut:
Molaritas
Satuan yang menunjukkan banyaknya mol zat  terlarut dalam volume larutan
mol   = gram/ BM
Volume = liter, mL



gram = M x V x BM
Dari rumus diatas kita dapat membuat larutan dengan konsentrasi yang kita inginkan
Contoh 1:
Buatlah 100 mL larutan NaOH 1 M  (BM NaOH = 40)
Jawab :
100 mL = 0,1 Liter
gram = M x V x BM
gram = 1 mol/liter x 0,1 liter x 40 gram/mol
gram =  4 gram NaOH,
Jadi untuk membuat 100 mL larutan NaOH 1 M adalah dengan menimbang 4 gram NaOH, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. dan encerkan dengan air suling.
Contoh 2
Hitung molaritas larutan yang mengandung 6,00 gram NaCl (BM – 58,5)
dalam 200 mL larutan
M  = g/BM x V
= 6 gram/ 58,5 gram/mol x 0,200 Liter
= 0,513 mol/Liter
Contoh 3
Hitung jumlah mol dan jumlah gram KMnO4 (BM =158) dalam larutan 0,250 M sebanyak  3 liter.
Jawab
M        = mol/V
Mol     = M x V
= 0,250 mol/Liter  x 3 Liter
= 0,750 mol
Gram  = mol x BM
= 0,750 mol x 158 gram/mol
= 119
Normalitas
Satuan yang menunjukkan banyaknya grek dalam  volume larutan
N       = grek/V
Grek  = gram/Berat Ekivalen (BE)
BE = BM/n                              BM = Berat  Molekul
n = Banyaknya jumlah ion hidrogen, elektron, atau kation univalen yang tersedia atau pereaksi dengan zat yang bereaksi
misal untuk HCl              H+ +  Cl– maka  n = 1
H2SOH2+ + SO42- maka  n = 2
Contoh 1 :
Hitunglah Normalitas larutan dari 48 gram H2SO4 yang dilarutkan  ke dalam air dan mengencerkannya sampai 100 mL.
N  = grek/N
N  = Gram/BE/V                           BE  H2SO4 = ½ BM H2SO4 =96/2  = 48
N  = 48/48/0,1 liter
N  = 10 N
Contoh 2 :
Hitung jumlah gram Na2CO3 (BM = 106) murni  yang diperlukan untuk membuat 250 mL larutan dari 0,150 N. Natrium Karbonat harus dititrasi menurut persamaan
CO32- +  2H+ H2CO3
Jawab :
Setiap Na2CO3 bereaksi dengan 2H+, karena  berat ekivalennya adalah setengah berat molekulnya atau 106/2  = 53 g/ek
Gram =  0,250 liter x 0,150 ek/liter x 53 gram/ek
= 1,99

Persen (%)
Ada 3 jenis persen :
1. Persen berat (b/b)
Menunjukkan banyaknya zat terlarut (gram) dalam 100 gram larutan
% berat  = Berat zat terlarut (gram) x 100
Berat zat terlarut (gram)  + Berat pelarut (gram
Contoh 1 :
5 gram NaOH dilarutkan  dalam 45 gram air. Hitung % berat NaOH di dalam larutan :
% (b/b)  = x 100    = 10% (ada 10 gram NaOH dalam 100 gram air)
5 + 45
Contoh 2 :
HCL pekat (BM =36,5) mempunyai densitas 1,19 g/mL dan merupakan 37% berat HCl. Berapa   milliliter asam pekat tersebut harus dipipet dan diencerkan  dengan   air sampai 1,00 Liter untuk  membuat  larutan     0,1 M
Jawab :
Gram HCl yang diperlukan  =  V  x  M  x  BM
1 liter x 0,1 mol/liter  x 36,5 gram/mol
Gram HCl per mL  = 1,19 x 0,37   = 0,44   jadi ada 0,44 gram/mL
Sehingga  pada 3,65 gram ada = 3,65 gram/0,44 gram/mL   = 8,3 mL

2. Persen berat per volum (b/v)

Menunjukkan banyak  zat yang terlarut (gram) dalam 100 mL larutan
% berat  = Berat zat terlarut (gram)                ddx 100
100 ml larutan

3. Persen volum (v/v)
Menunjukkan banyaknya zat terlarut (mL) dalam 100 mL  larutan
% volum  = Volum zat terlarut (mL)                ddx 100
mL zat terlarut + mL pelarut
5 % (v/v) artinya dalam 5 mL zat terlarut dalam 100 mL larutan

ppm (mg/Kg, mg/L)
Menunjukkan satu bagian komponen  dalam seperjuta campuran
Ppm   = x 106
(w + wo)
W    = Jumlah gram terlarut
Wo  = Jumlah gram pelarut


Tidak ada komentar:

Posting Komentar